Feeds:
Posts
Comments

Archive for May 5th, 2009

Jangan Kalahkan Ibadah dengan  Situasi Kita yang Sulit

(karya asal oleh Sulthan Hadi, Tarbawi, Edisi 188 Th.10)

Situasi hidup yang diberikan Allah s.w.t. kepada kita memang berbeda-beda. Tingkat kesulitannya pun beragam. Tetapi, bahawa kita harus tetap beriman dan taat kepadaNya sepanjang hayat kita, itu adalah prinsip yang tak boleh hilang dari diri kita. Di antara kita, ada banyak orang yang sangat jauh dari kemudahan-kemudahan. Mereka bercengkerama dengan situasi yang seolah memaksanya untuk pasrah. Namun di sisi lain, ada pula di antara kita yang melimpah dengan kemudahan.

Kesulitan dan kemudahan, sebenarnya adalah dua situasi yang selalu akan kita temui. Ia bisa menjadi pilihan, tetapi juga terkadang lahir daripada tekanan, paksaan, atau faktor yang lain. Mereka yang tinggal jauh di pedalaman sana, bersama kesunyian alam, tentu itu adalah pilihan hidup mereka, seperti orang-orang kota yang memilih hidup di keramaian. Karena Allah s.w.t. tidak pernah membatasi manusia untuk hidup di satu wilayah tertentu. Allah menghamparkan bumi ini untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan mencari reski oleh manusia sekehendaknya, di manapun. Namun ada orang-orang yang memang terbuang, atau dipaksa hidup dalam kurungan penjara, misalnya, maka situasi sulit itu adalah sebuah keterpaksaan yang harus mereka jalani.

Kesulitan dan kemudahan juga adalah berupa ujian dan cobaan. Ketika kita mampu menaklukkan situasi sulit itu dengan tetap melakukan ketaatan kepada Allah secara maksimal, maka ujian itu menjadi peneguh keimanan untuk memperoleh pahala besar di sisi Allah s.w.t. Namun jika gagal, maka kita pasti akan merugi: merugi karena kesulitan yang mengendurkan ketaatan dan ibadah kita tetap ada, dan merugi karena kita tidak mendapatkan apa-apa dari Allah atas ujian itu.

Kemudahan pun demikian. Jika orang yang mampu memaksimalkan kemudahan yang Allah berikan maka Allah akan mencatatnya sebagai orang yang bersyukur, namun apabila gagal, ia menjadi kufur karena menyia-nyiakan nikmat yang Allah berikan.

kk

Gambar hiasan

Memahami ini, berarti kita memahami bahawa kita hendaknya menjadikan segala situasi yang ada untuk tetap dalam ketaatan kepada Allah, seoptimal yang kita bisa, meskipun terasa berat. Karena mencari atau menunggu datangnya kemudahan, sama halnya kita membuang kesempatan, dan boleh jadi setelah kemudahan itu datang akan ada ujian yang lain, yang akan merusak harapan kita. Sebab itu, Rasulullah pernah melarang Bani Salamah yang ingin meninggalkan rumahnya yang jauh dari masjid, dan pindah di tempat yang lebih dekat dengan masjid agar mereka lebih mudah melakukan solat berjemaah. Rasulullah s.a.w. bertanya,

“Ada kabar yang sampai kepadaku, bahawa kalian ingin pindah lebih dekat dengan masjid?”

“Benar, kami menginginkan itu,” jawab Bani Salamah.

Beliau kemudian berkata, “Wahai Bani Salamah, tetaplah kalian di rumah-rumah kalian, karena dengan sebab itu jejak-jejak kalian akan dicatat. Tetaplah kalian di rumah-rumah kalian, karena dengan sebab itu jejak-jejak kalian akan dicatat,” (HR Muslim)

Dua kali Rasulullah s.a.w. mengulang pernyataannya kepada Bani  Salamah agar mereka tidak menghilangkan jejak-jejak kebaikan yang selama ini telah dicatat oleh para malaikat, di mana hal itu mereka dapatkan karena usaha keras mereka menghadiri shalat berjemaah dengan menempuh jarak yang cukup jauh. Jika mereka pindah, maka pastilah keutamaan itu tak dapat lagi mereka dapatkan. Itu yang tidak diinginkan oleh Rasulullah s.a.w.

Dalam sejarah perjuangan pemuda IM di Mesir menghadapi tindakan represif pemerintahan Gamal Abdul Naser, mereka yang dipenjara justru merasa perlu bersyukur dengan keadaan itu, karena di dalam penjaralah mereka memiliki kesempatan mengkhatamkan hapalan al-Quran. Ini juga bukti, bahawa situasi sulit terkadang lebih menguntungkan untuk menambah ketaatan kita kepada Allah. Bahkan ada banyak kisah tentang kesuksesan para ulama dalam melahirkan karya-karya monumental ketika mereka sedang berada di dalam penjara. Kisah-kisah itu juga membuktikan, bahawa bagi para ulama itu tidak ada perbedaan antara situasi yang mereka hadapi: semua selalu dengan prestasi.

 

Syed Qutb

Syed Qutb

 

Kita juga tahu betapa kejamnya Firaun memperlakukan orang-orang yang menyanggah pengakuan dirinya sebagai tuhan. Istananya yang besar seolah tidak menyisakan sedikit pun ruang untuk berseminya cahaya iman di hati para manusia, karena kekejamannya. Namun begitu, Asiah dan Masyithah beserta keluarganya menjadi bunga-bunga harum yang mampu tumbuh subur di tengah situasi yang maha sulit itu. Mereka tetap konsisten dengan keimanan hingga ajal menjemput.

Dalam  setiap situasi yang kita hadapi, Allah pastilah maha tahu atas segala kekurangan kita. Dan karena itu Allah s.w.t. mengingatkan kita dengan firmanNya:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertaqwalah kepada Allah menurut ukuran kemampuanmu..”

at-Taghabun, 64:16

Ayat di atas seolah menjadi bukti dan penguat bahawa Allah mengetahui keterbatasan yang kita miliki sebagai manusia, tetapi dengan keterbatasan itu Allah ingin agar kita tetap berIslam dengan keadaan itu, tetap mengusahakan kedekatan denganNya dengan situasi kita masing-masing, dan dengan kadar kemampuan yang telah kita usahakan. Tetapi kita juga tidak boleh berpasrah dengan situasi, sehingga tidak bisa melakukan apa-apa. Tetaplah kita dalam jalan Allah, memaksimalkan ta’abbud dan taqarruh kita kepadaNya, dalam segala situasi, baik sempit maupun lapang.

Read Full Post »